DOWNLOAD KUMPULAN SOAL-SOAL PERSIAPAN UJIAN SELEKSI PPGJ 2018
DOWNLOAD 100 SOAL PERSIAPAN UJIAN SELEKSI PPGJ 2018 KLIK DISNI
DOWNLOAD 100 SOAL PERSIAPAN UJIAN SELEKSI PPGJ 2018 KLIK DISNI
DOWNLOAD MATERI PEDAGOGIK 3 PERSIAPAN UJIAN SELEKSI PPGJ 2018
DOWNLOAD MATERI PEDAGOGIK 4 PERSIAPAN UJIAN SELEKSI PPGJ 2018
Apabila ada kendala dalam proses mendownload silahkan baca tutorialnya KLIK DISINI.
dan jangan sungkan untuk bertanya apabila ada kendala. Silahkan bertanya di kolom komentar.
DOWNLOAD MATERI PEDAGOGIK 4 PERSIAPAN UJIAN SELEKSI PPGJ 2018
Apabila ada kendala dalam proses mendownload silahkan baca tutorialnya KLIK DISINI.
dan jangan sungkan untuk bertanya apabila ada kendala. Silahkan bertanya di kolom komentar.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
I. KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK (5M)
A. Esensi Pendekatan Saintifik
Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria
ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive
reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductivereasoning).
Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria
ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning)
dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductivereasoning).
Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik
simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau
situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan.
Penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam
relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik
dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.
B. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan
Pendekatan Saintifik
Observing (mengamati), Questioning (menanya), Mengumpulkan
informasi/ eksperimen, Mengasosiasikan/ mengolah informasi, Mengkomunikasikan .
1. Mengamati
Kegiatan Belajarnya mengamati: melihat, membaca, mendengar,
menyimak (tanpa atau dengan alat).
Kompetensi yang Dikembangkan: melatih kesungguhan, ketelitian,
mencari informasi
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran
ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga
relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan
pembelajaran.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin
tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang
tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada
hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan
oleh guru.
Langkah-langkah Mengamati
1. Menentukan objek apa yang akan diobservasi
2. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang
akan diobservasi
3. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu
diobservasi, baik primer maupun sekunder
4. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
5. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan
untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi
, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan
alat-alat tulis lainnya.
Jenis-jenis Pengamatan
Observasi biasa (common observation). Peserta didik merupakan subjek
yang sepenuhnya melakukan observasi (complete observer), dan sama sekali tidak
melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.
Observasi terkendali (controlled observation). peserta didik
sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang
diamati. Pada observasi terkendali pelaku atau objek yang diamati
ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan.
Observasi partisipatif (participant observation). Pada observasi
partisipatif, peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau
objek yang diamati. Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkan
diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati
2. Menanya
Kegiatan Belajarnya
Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari
apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang
apa yang diamati dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik).
Kompetensi yang Dikembangkan
Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan
belajar sepanjang hayat
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk
meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.
Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta
didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya,
ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan
pembelajar yang baik.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata,
pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan”
tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk
pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan,
misalnya: Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan, misalnya:
Sebutkan ciri-ciri kalimat efektif!
Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari
apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang
apa yang diamati. (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan
hipotetik)
3. Mengumpulkan Informasi/
Eksperimen
Kegiatan Belajarnya: Melakukan eksperimen, Membaca sumber lain
selain buku teks, Mengamati objek/kejadian, Aktivitas Wawancara dengan
narasumber
Kompetensi yang Dikembangkan: Mengembangkan sikap teliti,
jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
4. Mengasosiasikan/ Mengolah
Kegiatan Belajarnya
Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari
hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi
Kompetensi yang Dikembangkan
Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja
keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta
deduktif dalam menyimpulkan .
5. Mengkomunikasikan
Kegiatan Belajarnya : Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnnya.
Kompetensi yang Dikembangkan: Mengembangkan sikap jujur, teliti,
toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat
dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
CONTOH KEGIATAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK (5M)
Kompetensi Dasar
|
:
|
3.
4 Mengevaluasi teks negoisasi berdasarkan kaidah-kaidah teks baik
melalui lisan maupun tulisan
|
Topik /Tema
|
:
|
Seni
Bernegosiasi dalam Kewirausahaan
|
Sub Topik/Tema
|
:
|
PemodelanTeks
Negosiasi
|
Tujuan Pembelajaran
|
:
|
Peserta didik dapat
mengidentifikasi teks negosiasi
|
Alokasi Waktu
|
:
|
2 x 45 menit
|
Tahapan Pembelajaran
|
Kegiatan
|
Mengamati
|
1.
Peserta didik membentuk kelompok.
2.
Peserta didik membaca teks negosiasi.
3.
Peserta didik mencermati uraian yang
berkaitan dengan mengevaluasi teks negosiasi.
|
Menanya
|
4.
Peserta didik bertanya jawab tentang
hal-hal yang berhubungan dengan struktur dan kaidah teks negosiasi.
|
Mengumpulkan informasi
|
5.
Peserta didik mencari dari berbagai sumber
informasi tentang mengevaluasi teks
negosiasi.
|
Mengasosiasikan
|
6.
Peserta didik mendiskusikan tentang struktur dan kaidah dalam teks
negosiasi.
7.
Peserta didik menyimpulkan hal-hal
terpenting dalam mengevaluasi teks
negosiasi.
8.
Peserta didik menuliskan laporan kerja kelompok tentang
mengevaluasi teks negosiasi.
9.
Peserta didik mengevaluasi kesesuian struktur dan kaidah teks
negosiasi yang dibuat oleh kelompok lain
10.
Peserta didik mengevaluasi kesesuaian isi teks negosiasi
|
Mengkomunikasikan
|
11.
Peserta didik membacakan hasil kerja
kelompok di depan kelas, peserta didik lain memberikan tanggapan.
|
II. MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
A.
Definisi/Konsep
Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.
Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.
Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
B. Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan
Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan
kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan
ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai
dengan kecepatannya sendiri.
Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya,
karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan
sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena
mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi
proses belajar yang baru;
Mendorong
siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;
Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis
sendiri;
Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses
belajar menjadi lebih terangsang;
Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya;
Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;
Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis
sumber belajar;
Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
C. Kelemahan Model Pembelajaran Penemuan
Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk
belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau
berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau
lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang
banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan
teori atau pemecahan masalah lainnya.
Harapan-harapan
yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru
yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan
kurang mendapat perhatian.
Pada
beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur
gagasan yang dikemukakan oleh para siswa tidak menyediakan
kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena
telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
D. Langkah-Langkah Operasional
1. Langkah Persiapan
a. Menentukan tujuan pembelajaran
b.
Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya
belajar, dan sebagainya)
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
2. Pelaksanaan
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi,
agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat
memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan
aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar
yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)
c. Data collection (Pengumpulan Data).
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para
siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan
(collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati
objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
d. Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data
dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan,
wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan
alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244).
Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan
baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya.
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244).
Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi
E. Sistem Penilaian
Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat
dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes.
Penilaian
yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian
hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka
dalam model pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes
tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses,
sikap, atau penilaian hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian dapat
dilakukan dengan pengamatan.
MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
Contoh Tahap Pembelajaran Discovery learning
Satuan Pendidikan: SMA …
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : XII/1
Materi Pokok : Teks Cerita Sejarah
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
KD: Memahami struktur dan kaidah teks cerita sejarah,
berita, iklan, editorial/opini, dan cerita fiksi dalam novel baik melalui lisan
maupun tulisan.
Indikator:
1) Menentukan struktur teks cerita sejarah;
2) Menentukan kaidah/ciri-ciri bahasa (fitur bahasa) teks cerita
sejarah.
B. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan Pokok
|
Kegiatan Pembelajaran
|
A.
Pemberian Rangsangan (Stimulation)
|
1.
Peserta didik menyimak tayangan berbagai peristiwa sejarah dunia.
2.
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkansiswa pada
kondisi internal yang mendorong eksplorasi terhadap pemahaman teks hasil
observasi cerita sejarah.
3.
Guru mengarahkan jawaban siswa terhadap pembelajaran yang akan dilakukan
4.
Siswa membaca contoh model teks cerita sejarah berjudul “Sejarah Hari
Buruh.”.
|
B.
Pernyataan/Identifikasi Masalah (Problem Statement)
|
5.
6.
Peserta didik mengidentifikasi masalah yang relevan dengan bahan bacaan
diantaranya diarahkan untuk menanyakan fungsi teks cerita sejarah dan bentuk
atau strukturnya,
7.
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, siswa memilih dan merumuskan salah
satu di antaranya dalam bentuk hipotesis.
|
C.
Pengumpulan Data (Data Collection)
|
8.
Peserta didik membentuk kelompok belajar sesuai arahan guru dengan
mempertimbangkan kemampuan akademik, gender, dan ras (@5 0rang per kelompok).
9.
Peserta didik mengidentifikasi siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan
bagaimana peristiwa yang terjadi pada teks cerita sejarah “Hari Buruh.”
10. Peserta
didik menyusun periode sejarah secara kronologis, sesuai dengan urutan waktu
dari peristiwa sejarah teks “Hari Buruh.”
11. Peserta
didik menentukan struktur yang membangun teks “Sejarah Hari Buruh”
|
D.
Pengolahan Data (Data Processing)
|
12.
13. Peserta
didik mengolah informasi yang diperoleh dari hasil kegiatan sebelumnya untuk
menentukan unsur-unsur atau struktur teks cerita sejarah.
|
E.
Pembuktian (Verification)
|
14. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memverifikasi sehingga dapat
menemukan konsep tentang struktur teks cerita sejarah.
|
F.
Menarik Kesimpulan (Generalization)
|
15. Peserta
didik membuat kesimpulan tentang struktur teks cerita sejarah
16. Peserta
didik mempresentasikan.
|
III. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED
LEARNING)
A. Definisi/Konsep
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta
didik untuk belajar.
Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah,
peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real
world)
B. Kelebihan PBL
1. Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna.
Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka
mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui
pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas
ketika peserta didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep
diterapkan
2. Dalam situasi PBL, peserta didik/mahapeserta
didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan
3. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan
inisiatif peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal
untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja
kelompok.
C. Langkah-langkah
Operasional dalam Proses Pembelajaran
1.
Konsep Dasar (Basic Concept)
Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran
Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran
2. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau
permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan
semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap
skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif
pendapat
3. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu
yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel
tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam
bidang yang relevan.
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar
peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan
permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan
dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut
haruslah relevan dan dapat dipahami.
4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi
dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya
peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan
merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat
dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan
fasilitatornya.
5. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan
(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap
penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis,
PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat
bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian.
D. Contoh Penerapan
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh
pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai
konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan
masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi
peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat
memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman
belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam
rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi
pembela
E. Tahapan-Tahapan Model PBL
Fase-Fase
Perilaku Guru
Fase 1
Orientasi peserta didik kepada masalah.
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yg
dibutuhkan.
Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan
masalah yang dipilih.
Fase 2
Mengorganisasikan peserta didik
Membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Fase 3
Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.
Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman.
Fase 5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
/meminta kelompok presentasi hasil kerja.
F. Sistem Penilaian
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan
(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap
penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis,
PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat
bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan
soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan
bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk
ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic
assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan
yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat
kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan
pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi
diri (self-assessment) dan peer-assessment.
Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu
sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada
tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar.
Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk
memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang
telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
Contoh Tahap Pembelajaran Problem Based Learning
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XII/1
Materi Pokok : Teks Cerita Sejarah
Sub Materi : Pemodelan Teks Cerita Sejarah
Kelas/Semester : XII/1
Materi Pokok : Teks Cerita Sejarah
Sub Materi : Pemodelan Teks Cerita Sejarah
A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
A.2 Menganalisis teks cerita sejarah, berita, iklan,
editorial/opini, dan cerita fiksi dalam novel baik melalui lisan maupun tulisan
Indikator:
1) Menelaah kelemahan atau kesalahan struktur teks laporan hasil observasi baik melalui lisan maupun tulisan
2) Menelaah kelemahan atau kesalahan kaidah teks laporan hasil observasi baik melalui lisan maupun tulisan.
3) Menelaah kelemahan atau kesalahan isi teks laporan hasil observasi baik melalui lisan maupun tulisan
Indikator:
1) Menelaah kelemahan atau kesalahan struktur teks laporan hasil observasi baik melalui lisan maupun tulisan
2) Menelaah kelemahan atau kesalahan kaidah teks laporan hasil observasi baik melalui lisan maupun tulisan.
3) Menelaah kelemahan atau kesalahan isi teks laporan hasil observasi baik melalui lisan maupun tulisan
B.
Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan Pokok
|
Kegiatan Pembelajaran
|
A.
Orientasi siswa pada
Masalah |
1.
Peserta didik menyimak tujuan pembelajaran
2.
Peserta didik membaca contoh teks cerita sejarah yang kurang baik dan
menyimak penjelasan terhadap permasalahan tersebut
3.
Peserta didik memberikan tanggapan dan pendapat terhadap permasalahan
tersebut
|
B.
Mengorganisasi
siswa dalam belajar |
4.
Peserta didik membentuk kelompok belajar sesuai arahan guru dengan
mempertimbangkan kemampuan akademik dan gender
|
C.
Membimbing penyelidikan siswa secara mandiri atau
kelompok |
5.
Peserta didik membaca teks cerita sejarah yang tidak baik dengan cermat
6.
Peserta didik dengan difasilitasi dan dibimbing guru menelaah dan
mendiskusikan kelemahan teks cerita sejarah dari segi struktur, kaidah, dan
isi
|
D.
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya |
7.
Peserta didik menjawab permasalahan yang telah diidentifikasi, khususnya
mengenai kelemahan struktur, kaidah, dan isi teks cerita sejarah
8.
Peserta didik mempresentasikan atau menyajikan laporan pembahasan hasil
temuan atau hasil diskusi dan penarikan kesimpulan di depan kelas
|
E.
Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah |
9.
Peserta didik dalam kelompok lain mengevaluasi atau
10. Menanggapi
11. Peserta
didik dengan dibimbing guru melakukan simpulan
12. Guru
melakukan evaluasi hasil belajar mengenai materi yang telah dipelajari
|
IV. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING)
A.
Definisi/Konsep
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL)
adalah metoda pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media.
Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan
informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas
secara nyata.
Pembelajaran
Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang
diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui
PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding
question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang
mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.
Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta
didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam
sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL merupakan investigasi mendalam
tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha
peserta didik.
B. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar,
mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu
untuk dihargai.
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem yang kompleks.
Meningkatkan kolaborasi.
Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
C. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
Membutuhkan biaya yang cukup banyak
Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional,
di mana instruktur memegang peran utama di kelas.
Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja
kelompok.
Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok
berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara
keseluruhan
D. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek
1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential
Question).
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu
pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu
aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai
dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat
relevan untuk para peserta didik.
2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan
peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki”
atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan
aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara
mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan
yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal
aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1)
membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian
proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4)
membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan
dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan)
tentang pemilihan suatu cara.
4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the
Students and the Progress of the Project)
Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap
aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan
dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain
pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah
proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan
aktivitas yang penting.
5. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur
ketercapaian stSaudarar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing
peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai
peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran
berikutnya.
6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik
melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan.
Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini
peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama
menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam
rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya
ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang
diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
D. Sistem PenilaianPenilaian proyek merupakan kegiatan
penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu
tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian
proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan,
kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata
pelajaran tertentu secara jelas. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal
yang perlu dipertimbangkan yaitu:
Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi
dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil
karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan
terhadap proyek peserta didik.
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROJEK
Rancangan Pembelajaran Berbasis Projek
A. Identitas Model
Satuan Pendidikan : SMA ……
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XII/1
Materi Pokok : Teks Cerita Sejarah
Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit (2 pertemuan)
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
4.2 Memproduksi teks cerita sejarah, berita, iklan,
editorial/opini, dan cerita fiksi dalam novel yang koheren sesuai dengan
karakteristik teks baik secara lisan maupun tulisanmaupun tulisan
Indikator:
1) Menentukan langkah-langkah menyusun teks cerita sejarah
2) Menyusun teks cerita sejarah
C. Langkah Pembelajaran
Langkah-langkah
Pembelajaran |
Kegiatan Pembelajaran
|
A.
Penentuan Proyek
|
1. Peserta didik
menentukan hari atau peristiwa bersejarah sebagai topik yang akan
dikembangkan menjadi teks cerita bersejarah
|
B.
Perancangan
Langkah-langkah Penyelesaian Proyek |
2. Peserta didik
dibimbing guru mendiskusikan aturan main dan pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung pelaksanaan proyek
3. Peserta didik mendiskusikan sumber/bahan/alat pendukung pelaksanaan proyek
4. Peserta didik
menyimak penjelasan guru mengenai penilaian
dalam kelompok masing masing, peserta didik mendiskusikan dan perencanaan proyek berupa penentuan fase peristiwa bersejarah |
C.
Penyusunan Jadwal
Pelaksanaan Proyek |
5. Peserta didik
membuat time line pemilihan dan penyiapan proyek
6. Peserta didik mendiskusikan deadline untuk menyelesaikan proyek menyusun teks cerita sejarah 7. Peserta didik mendiskusikan dan membuat jadwal atau waktu pelaksanaan penyelesaian setiap fase persitiwa dalam teks cerita sejarah yang akan ditulisnya |
D.
Penyelesaian proyek
dengan fasilitasi dan monitoring guru |
8. Peserta didik
mengidentifikasi dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan fase peristiwa
yang menjadi objek untuk penulisan teks cerita sejarah
9. Peserta didik mengonsultasikan permasalahan atau kendala dalam menyelesaikan penulisan teks cerita sejarah 10. Peserta didik memperbaiki hasil tulisan berdasarkan hasil konsultasi |
E.
Penyusunan Laporan
dan Presentasi /Publikasi Hasil Proyek |
11. Peserta didik
membaca kembali teks cerita sejarah yang sudah ditulis dan memperbaiki jika
masih terjadi kesalahan dengan mengacu pada point-point penilaian yang
disepekati pada tahap perencanaan
12. Peserta didik menempelkan teks cerita sejarah yang sudah dibuatnya di tempat yang sudah disediakan (tempat seperti bentuk pameran) 13. Peserta didik melakukan kegiatan shopping model,yaitu mengunjungi, membaca, dan menanggapi teks cerita sejarah kelompok lain. |
F.
Evaluasi Proses dan
Hasil Proyek |
14. Peserta didik
melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek yang sudah
dilaksanakan.
15. Peserta didik mengemukakan pengalamannya selama menyelesaikan tugas proyek peserta didik mendengarkan umpan balik terhadap proses yang telah dilaksanakan dan produk yang telah dihasilkan. |
Sumber Pustaka :
Ariani, Farida dkk. 2016. Model Pembelajaran .
Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Bahasa, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
PPT Badan Sumber Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014.
PPT Badan Sumber Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
SILAHKAN KLIK JUDUL DI BAWAH INI
SILAHKAN KLIK JUDUL DI BAWAH INI
No comments:
Post a Comment