Maman
Supratman, guru honorer di SMPN 17 Bekasi, Jawa Barat, pernah sempat
menolak saat ditawari menjadi guru. Saat itu, dia hanya seorang penjual
alat musik angklung buatannya sendiri. Pekerjaan ini dia lakoni setelah
berhenti bekerja di perusahaan kertas pada tahun 1970.
Maman mengisahkan, pada 1976 dia diminta
menyediakan alat musik angklung oleh SMPN 6 Bekasi, yang saat itu
bernama SMP 1 Pondok Gede. Karena di sekolah itu tidak ada guru
kesenian, Maman lalu ditawari untuk menjadi guru di sekolah itu. “Wah
saya tidak bisa,” kata Maman mengisahkan.
Namun Maman mengaku terus dibujuk untuk mau
menjadi guru. “Tidak apa-apa. Ada kurikulumnya kok,” katanya menirukan
ucapan pejabat kepala sekolah, yang kebetulan adalah adik kelasnya saat
di sekolah dulu. (Baca: Mendikbud membalas surat terbuka guru honorer maman)
Akhirnya Maman menyetujui ajakan untuk menjadi
guru. Di sekolahnya dia mengajar mata pelajaran seni musik dan seni
rupa. Kini murid Maman sudah banyak yang sukses. Semua ini karena
ketulusan dia mendidik para siswanya.
“Kemarin saya kedatangan bekas murid saya.
Pangkatnya sudah Brigjen lulusan tahun 1983,” katanya. Meskipun sudah
tua, namun ingatannya masih sangat tajam. Kini usianya 74 tahun.
Bahkan Kepala Sekolah SMPN 17 Bekasi, tempat Maman
mengajar sekarang, adalah juga bekas muridnya. “Saya dulu murid Pak
Maman waktu di SPG.” kata Kepala Sekolah SMPN 17 Bekasi Untung Hartono.
Dia mengaku termotivasi oleh semangat mendidik Maman.
No comments:
Post a Comment