Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan memberikan
semangat dan apresiasi yang tinggi kepada Maman Supratman, guru honorer
berusia 74 tahun. Maman mendedikasikan dirinya menjadi guru honorer
sejak tahun 1974. Di sekolahnya, dia mengajar mata pelajaran kesenian
khususnya angklung.
“Saya, atas nama pemerintah ingin menyampaikan
ucapan terima kasih dan apresiasi. Insya Allah guru seperti Pak Maman
ini, kami sebutnya guru mulia, yang bisa jadi contoh buat semua,” kata
Menteri Anies saat mendatangi Maman di SMPN 17 Bekasi, Jawa Barat,
Selasa (2/12/2014).
Saat tiba di sekolah ini, Mendikbud sempat
menunggu beberapa waktu karena Maman sedang mengajar di sekolah lain.
Pada kunjungannya, Mendikbud didampingi oleh Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar Kemdikbud Hamid Muhammad.
Mendikbud mengatakan, pengabdian Maman yang tulus
ini dapat menjadi teladan. Menurut dia, apa yang dikerjakan Maman tidak
ternilai. “Dihargai berapa pun tidak ternilai karena kemuliaan itu tidak
bisa dirupiahkan,” katanya. (baca: : Mendikbud membalas surat terbuka guru honorer maman)
Maman menjadi perbincangan di media sosial
facebook setelah pemilik akun Sukamto MPd mengunggah cerita tentang
Maman di akun facebooknya. Dia mengunggah profil Maman disertai foto
saat mengenakan seragam PGRI pada 25 November lalu, yang bertepatan
dengan peringatan Hari Guru.
Sukamto merupakan guru bahasa Indonesia di SMPN 17
Bekasi. Sampai Selasa (2/12/2014) siang statusnya mendapatkan 22.684
likes dan dibagikan sebanyak 7.431 kali.
Kepala Sekolah SMPN 17 Bekasi Untung Hartono
mengaku termotivasi oleh semangat mendidik Maman. Menurut dia, Maman
selalu aktif dalam setiap kegiatan di sekolah. “Ke mana pun dia selalu
ikut dan mendampingi. Dia tidak mau ketinggalan,” katanya.
Maman mengatakan, dia menjadi guru awalnya karena
tidak sengaja. Saat itu dia bekerja di pabrik kertas dan kemudian
berhenti bekerja pada tahun 1970. Setelah itu dia berjualan angklung
buatannya sendiri. “Tahun 1976 ada sekolah yang pesan alat musik
angklung. Saya akhirnya ditawari menjadi guru kesenian,” katanya.
Maman pertama kali mengajar di SMP 1 Pondok Gede,
yang sekarang bernama SMPN 6 Bekasi. Saat ada pengangkatan pegawai
dirinya juga mengajukan pemberkasan namun terkendala usia. “Saya sudah
berumur 40, sedangkan batas usia saat itu 37 tahun,” katanya.
Beberapa tahun kemudian ada pemutihan pengangkatan
pengawai. Batas usianya dinaikkan menjadi 39 tahun. Namun lagi-lagi
Maman tidak bisa diangkat karena usianya saat itu sudah 42 tahun.
Status honorer tidak menjadi halangan baginya
untuk menularkan ilmu ke anak didiknya. “Saya tidak pikir, pokoknya
kerja. Saya sudah tua begini cuma ingin menurunkan ilmu,” katanya.
Semangat ya kek!
No comments:
Post a Comment