Salah
satu jenis polistirena yang cukup populer di kalangan masyarakat
produsen maupun konsumen adalah polistirena foam atau lebih dikenal dengan nama Styrofoam. Polistirena foam
dikenal luas dengan istilah styrofoam yang seringkali digunakan secara
tidak tepat oleh publik karena sebenarnya styrofoam merupakan nama
dagang yang telah dipatenkan oleh perusahaan Dow Chemical. Oleh
pembuatnya Styrofoam dimaksudkan untuk digunakan sebagai insulator pada
bahan konstruksi bangunan.
Polistirena
foam dihasilkan dari campuran 90-95% polistirena dan 5-10% gas seperti
n-butana atau n-pentana. Polistirena foam dibuat dari monomer stirena
melalui polimerisasi suspensi pada tekanan dan suhu tertentu,
selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin dan menguapkan
sisa blowing agent.
Polistirena foam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat khusus
dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah,
mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang berisi
udara yang tidak dapat menghantar panas sehingga hal ini membuatnya
menjadi insulator panas yang sangat baik.
Polistirena
foam begitu banyak dimanfaatkan dalam kehidupan, tetapi tidak dapat
dengan mudah direcycle sehingga pengolahan limbahnya harus dilakukan
secara benar agar tidak merugikan lingkungan. Pemanfaatan polistirena
bekas untuk bahan aditif dalam pembuatan aspal polimer merupakan salah
satu cara meminimalisir limbah tersebut.
KEGUNAAN/KELEBIHAN
Stirena
pertama kali diproduksi secara komersil pada tahun 1930 sebelum terjadi
perang dunia ke-II dan memegang peranan penting dalam perkembangan
kimia polimer. Setelah perang dunia II sudah banyak pengolahan stirena
menjadi polistirena dan kopolimernya secara komersial. Polistirena
banyak dipakai dalam produk-produk elektronik sebagai casing, kabinet
dan komponen-komponen lainya. Peralatan rumah tangga yang terbuat dari
polistirena, a.l: sapu, sisir, baskom, gantungan baju, ember.
Secara
laboratorium dapat dibuat melalui dehidrogenasi etil benzene, yaitu
dengan melewatkan etilena melalui cairan benzena dengantekanan yang
cukup dan aluminiumklorida sebagai katalisnya. Etil benzena
didehidrogenasi menjadi stirena dengan melewatkannya melalui katalis
oksida aktif. Pada suhu sekitar 6000C stirena disuling dengan cara destilasi maka didapatkan polistirena.Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Polistirena
padat murni adalah sebuah plastik tak berwarna, keras dengan
fleksibilitas yang terbatas yang dapat dibentuk menjadi berbagai macam
produk dengan detil yang bagus. Penambahan karet pada saat polimerisasi
dapat meningkatkan fleksibilitas dan ketahanan kejut. Polistirena jenis
ini dikenal dengan nama High Impact Polystyrene (HIPS). Polistirena
murni yang transparan bisa dibuat menjadi beraneka warna melalui proses compounding.
Polistirena
foam yang dihasilkan dari percampuran 90-95% polistirena dan 5-10%
gas-gas tertentu seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent
yang digunakan adalah berupa senyawa CFC (Freon), karena golongan
senyawa ini dapat merusak lapisan ozon oleh karnanya saat ini tidak
dipergunakan lagi, kini yang digunakan adalah blowing agent yang lebih
ramah lingkungan. Polistirena yang dibuat dari monomer stirena dilakukan
melalui proses polimerisasi. Polistirena foam yang dibuat dari monomer
stirena melalui polimerisasi suspensi pada tekanan-tekanan dan suhu
tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin yang
ada serta ikut menguapkan sisa-sisa blowing merupakan
insulator-insulator yang baik. Sedangkan monomer polistirena foam
merupakan bahan plastik yang memiliki sifat tertentu atau khusus dengan
struktur yang tersusun dari beberapa butiran dengan kerapatan rendah,
mempunyai bobot ringan, dan terdapat di dalam ruang-ruang antar butiran
yang berisi udara minuman-minuman beralkohol atau bersifat asam juga
meningkatkan laju migrasi.
Dibalik
semua keunggulan styrofoam itu dapat menimbulkan kerugian yang sangat
merugikan bagi manusia dan alam. Bila ditinjau dari faktor alam atau
lingkungan sudah kita semua tahu kalau styrofoam sangat berbahaya karena
bila sampahnya terus menumpuk dan tidak ada upaya untuk mendaur maka
akan dapat menimbulkan timbunan sampah yang sulit unutk diurai. Walaupun
faktanya sudah banyak pengrajin yang menggunakan styrofoam sebagai
bahan utamanya untuk diolah lebih lanjut tetapi jumlah sampah styrofoam
tetap saja masih meningkat setiap harinya. Bila sampah styrofoam yang
mengalir ke arah laut maka sudah tentu biota laut akan terganggu
ekosistemnya karena styrofoam akan bereaksi dengan air laut dan
menyebabkan biota laut terganggu kehidupannya.
Dampak
yang lainnya adalah bagi kesehatan manusia, kandungan yang terdapat
pada styrofoam seperti benzen, carsinogen, dan styrene akan bereaksi
dengan cepat begitu makanan dimasukkan kedalam styrofoam. Uap panas dari
makanan akan memicu rekasi kimia ini terjadi lebih cepat, misalnya saja
zat benzen yang bila sudah bereaksi dan masuk kedalam tubuh dan masuk
kedalam jaringan darah dan terakumulasi selama bertahun tahun akan
menimbulkan kerusakan pada sum sum tulang belakang, menimbulkan anemia
dan bahkan mengurangi produksi sel darah merah yang sangat dibutuhkan
tubuh untuk mengankut saripati makana dan oksigen ke seluruh tunuh. Bila
jumlah sel darah merah kita semakin berkurang akibat dari reaksi
styrofoam ini maka tubuh kita akan mengalmai beberapa gejala yang kurang
wajar. Lalu zat yang tidak kalah bahayanaya adalah carsinogen yang
dapat mengakibatkan kanker, carsinoge akan lebih berbahaya bila pemakai
wadah styrofoam atau plastik digunakan berulang ulang karena carsinogen
mudah larut. Lalu styrene pada penelitian di New Jersey ditemukan 75%
ASI (air susu ibu) terkontaminasi styrene. Hal ini terjadi akibat si ibu
menggunakan wadah styrofoam saat mengonsumsi makanan. Penelitian yang
sama juga menyebutkan bahwa styrene bisa bermigrasi ke janin melalui
plasenta pada ibu-ibu yang sedang mengandung. Terpapar dalam jangka
panjang, tentu akan menyebabkan penumpukan styrene dalam tubuh.
Akibatnya bisa muncul gejala saraf, seperti kelelahan, gelisah, sulit
tidur, dan anemia.
Sebenarnya
banyak pencegaham yang dilakukan para pedagang atau penjual makanan ,
salah satunya adalah dengan melapisi styrofoam dengan plastik
transparan. Sebenarnya hal ini akan menambah jumlah reaksi zat kimia
yang terjadi pada pengemasan makanan bertambah banyak, karena plastik
juga bahan yang berbahaya untuk pembungkus makanan, jadi langkah ini
dianggap kurang cocok untuk mengurangi bahaya styrofoam. Jadi antisipasi
yang dapat kita lakukan untuk mengurangi bahaya syrofoam bagi kesehatan
kita adlah dengan membawa sendiri wadah yang akan kita gunakan untuk
membungkus makanan dan segeralah pindahkan makanan yang sudah dibungkus
dengan styrofoam kedalam wadah yang lebih aman sepeti piring kaca atau
mangkuk kaca. Setelah itu kumpulkan bahan pembungkus makanan styrofoam
ini agar nantinya dapa di daur ulang.
Banyak
sudah negara yang mengeluarkan peraturan untuk tidak menggunakan
styrofoam contohnya kanada, korea, jepang dan masih banyak lagi.
No comments:
Post a Comment